Begitu tiba di Don Mueang International Airport pada 16 Juni, tim siswa—Sophie Nabila Putri (XI TKJ 2), Fatimah Aqilah Zarrah (XI RPL 6), Muhammad Keefa Syawal (XI RPL 4), dan Shabri Sebastian Siregar (X RPL 6)—langsung disambut oleh tuan rumah dari Sarawittaya School. Dalam suasana keakraban dan penuh antusiasme, mereka diajak menuju lokasi kamp di museum sains nasional untuk proses registrasi dan checkin awal.

Pada hari pembukaan, Menteri dan pejabat Kementerian Pendidikan Thailand memberikan remarks. Dalam pidatonya, Siripong Angkasakulkiat, Asisten Menteri Pendidikan, menekankan bahwa AI dan transformasi digital menjadi kunci menghadapi krisis lingkungan global. Ia mengajak generasi muda ASEAN untuk menciptakan solusi teknologi yang berorientasi keberlanjutan. Sambutan juga disampaikan oleh Ms. Chitralada Chanyaem dari Bureau of International Cooperation—Ministry of Education Thailand—dan Asst. Prof. Dr. Rawin Raviwongse dari National Science Museum.

Selepas pembukaan, peserta diperkenalkan oleh Dr. Kritsachai dari SEAMEO STEMED tentang orientasi kompetisi dan problem hackathon bertema Isu Lingkungan Transboundary antarnegara ASEAN3. Acara dilanjutkan dengan sesi workshop handson memakai platform CIRA Core, di mana siswa dibagi dalam kelompok lintas negara. Sesi guru berjalan paralel dengan workshop Global Citizenship Education. Aktivitas hari pertama diakhiri dengan reception dinner dan pertunjukan budaya khas Thailand yang memukau.

Sejak 18 Juni, para siswa melanjutkan hackathon dalam tim nasional masing masing, merancang solusi AI untuk mengatasi isu lingkungan lintas batas negara. Begitu malam tiba, mereka melakukan pengerjaan secara fleksibel hingga makan malam. Guru pun mengikuti workshop STEM yang dirancang untuk memperkuat kapabilitas pendidikan masa depan.

Hari keempat pun menyajikan kunjungan ke pusat teknologi Futurium dan Ayutthaya Historical Park, memberi warna lain dalam petualangan ilmiah dan budaya mereka. Eksplorasi situs candi seperti Wat Mahathat memperkaya perspektif tentang keterkaitan teknologi dan warisan budaya.

Puncak acara tiba pada 20 Juni, ketika tim SMK Telkom Malang mewakili Indonesia di Kompetisi Global untuk sesi pitching, Indonesia tampil sebagai negara ketiga berdasarkan urutan alfabet. Presentasi mereka menampilkan solusi inovatif yang menggabungkan teknologi AI dan nilai keberlanjutan. Setelah pitching, dilaksanakan Award Ceremony, Closing Ceremony, serta farewell dinner budaya di mana tiap negara menampilkan tarian atau nyanyian tradisionalnya.

LIVE : AI project pitching and competition for Green Sustainability (ASEAN Youth Camp 2025)

Dari ajang ini, Prestasi SMK Telkom Malang bukan sekadar membanggakan nama Indonesia, tetapi juga membuktikan bahwa sekolah ini menjadi tolak ukur SMK berbasis IT terbaik dalam menghasilkan solusi teknologi kreatif untuk isu global. Kolaborasi lintas budaya, pemahaman problem semesta, serta penguasaan teknologi AI memperkuat reputasi SMK Telkom Malang di kancah global.

"Saya sangat bangga dapat mewakili Indonesia dan bertukar ide dengan teman-teman dari ASEAN. Pengalaman ini membuka wawasan bagaimana AI dapat dijadikan solusi nyata isu lingkungan," ujar tim siswa Indonesia.

Dengan torehan tersebut, SMK Telkom Malang menegaskan komitmen kuatnya untuk membina generasi muda yang tidak hanya kompeten secara teknis, tetapi juga memiliki wawasan global dan peduli masa depan planet.